Penelantaran Anak Dan Dampaknya
Penelantaran adalah keadaan dimana seseorang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan fisik, psikologis dan sosial. Pengabaian
disebabkan oleh ketidakmampuan sosial ekonomi dan pengabaian tanggung jawab.
Kemiskinan dan penelantaran adalah dua hal yang berbeda. Kelalaian mungkin atau
mungkin tidak disebabkan oleh kemiskinan.
Hal ini terlihat pada salah satu contoh yang terabaikan, anak
jalanan. Anak jalanan belum tentu miskin, mereka mungkin terlahir dari keluarga
kaya, tetapi lebih memilih untuk kabur dari rumah dan hidup di jalanan.
Kelalaian adalah masalah serius di Indonesia. Setidaknya lebih dari 12.000
orang Indonesia mengungsi, menurut data Kementerian Sosial dan Tenaga Kerja
tahun 2014. Komunitas terlantar meliputi anak balita terlantar, anak terlantar,
lansia terlantar, korban bencana, pekerja seks dan anak jalanan.
KATEGORI PENELANTARAN
Penelantaran adalah suatu bentuk kekerasan yang membuat anak dalam
kondisi kurang gizi, gizi buruk, tidak mendapat perawatan maksimal, dan memaksa
anak melakukan berbagai pekerjaan yang membahayakan tumbuh kembangnya, seperti
pengemis, pengamen, anak-anak, buruh, pabrik, pembantu rumah tangga, dan
pemulung. . Dalam konteks ini, Rusmil Kusnandi (2004:59) menjelaskan bahwa itu
juga merupakan jenis perilaku. dari kelalaian. Yang termasuk mengabaikan
anak-anak:
- Penelantaran untuk mendapatkan perawatan kesehatan, misalnya mengingkari adanya penyakit serius pada anak.
- Penelantaran untuk mendapatkan keamanan, misalnya cedera yang disebabkan kurangnya pengawasan dan situasi rumah yang membahayakan.
- Penelantaran emosi, tidak memberikan perhatian kepada anak, menolak keberadaan anak.
- Penelantaran pendidikan, anak tidak mendapatkan pendidikan sesuai dengan usiannya, tidak membawa anak ke sarana pendidikan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga, sehingga terpaksa putus sekolah.
- Penelantaran fisik, yaitu jika anak tidak terpenuhi kebutuhan makan, pakain, atau tempat tinggal yang layak untuk mendapatkan tumbuh kembang secaa optimal.
Berdasarkan
literatur internasional, disebut Soetarso dalam Huraerah (2007: 67),
ketelantaran anak secara umum dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
- Ketelantaran yang disebabkan kondisi keluarga yang miskin, tetapi hubungan sosial dalam keluarga normal.
- Ketelantaran yang disebabkan karena kesengajaan, gangguan jiwa dan/ atau ketidakmengertian keluarga/orang tua, atauhubungan sosial dalam keluarga tidak normal. Termasuk dalam kelompok ini adalah anakanak yang membutuhkan perlindungan khusus, terutama karena perlakuan salah, baik secara fisik maupun seksual.
DAMPAK PENELANTARAN
A. Kurangnya Keterampilan
Kognitif
Perkembangan
otak anak yang terganggu akibat ditelantarkan bisa menyebabkan gangguan pada
fungsi eksekutif otak, seperti memori, pengendalian diri, dan fleksibilitas
kognitif ( kemampuan melihat berbagai hal dan situasi dari berbeda perspektif).
Anak-anak yang ditelantarkan juga berisiko mengalami kesulitan belajar.
B. Buruknya Kesehatan Mental
dan Emosional
Penelantaran
anak adalah faktor risiko anak mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan
kejiwaan lainnya di masa dewasanya kelak. Orang dewasa dengan depresi berat
yang pernah ditelantarkan saat masih anak-anak, memiliki respon yang buruk
terhadap pengobatan antidepresan. Terutama jika peristiwa traumatis itu terjadi
di usia 7 tahun atau lebih muda.
C. Kesulitan Bersosialisasi
Anak dalam pengasuhan
yang ditelantarkan bisa memiliki kesulitan bersosialisasi. Gangguan ini bisa
berdampak negatif pada kemampuan anak untuk berteman secara positif, bersosial,
dan memiliki komitmen dalam hubungan di kemudian hari. Selain itu, anak
cenderung memiliki sifat antisosial saat mereka tumbuh dewasa, bahkan bisa
menyebabkannya memiliki perilaku kriminal di masa dewasa.
D. Stres Pasca Trauma
Anak yang
ditelantarkan bisa memiliki gangguan stres pasca trauma (PTSD), yang ditandai
dengan gejala seperti mengalami kembali peristiwa traumatis. Ia cenderung
menghindari orang, tempat, dan acara yang berkaitan dengan momen traumatis yang
pernah dialami.
E. Masalah Perilaku
Penelantaran
anak berkaitan dengan masalah perilaku di masa kanak-kanak dan remaja. Anak-anak
yang pernah ditelantarkan, semakin besar potensi untuk memiliki masalah
perilaku seiring bertambah usia. Terdapat kaitan antara penelantaran anak
dengan perilaku internalisasi (menarik diri, sedih, terisolasi, dan depresi)
dan perilaku eksternalisasi (menjadi agresif atau hiperaktif) sepanjang masa
kanak-kanak.
Berdasarkan temuan penelitian tentang problematika anak terlantar
yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Masalah keluarga dalam hal ini perceraian dan perlakuan yang salah menjadi faktor pemicu anak ditelantarkan sehingga pemenuhan akan kebutuhan belum dipenuhi secara optimal baik dari aspek fisik, psikis, ekonomi maupun sosial.
- Isu pendidikan anak belum menjadi prioritas orang tua disebabkan kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan sehingga mereka tidak mendorong anak sekolah melainkan mendorong untuk bersama-sama membantu perekonomian keluarga agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
- Beragam c langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuh kembangnya untuk
hidup secara layak dan normal sesuai dengan usianya.
- Masyarakat belum memiliki kepedulian terhadap persoalan anak terlantar
menyebabkan isu anak terlantar belum merupakan suatu masalah yang dilihat secara serius.
- Kebijakan pemerintah daerah terhadap penanganan anak terlantar belum menyentuh ke akar masalah sehingga isu anak menjadi persoalan sosial yang terus menjadi sasaran kerja dari pemerintah.
Comments
Post a Comment