wawancara SERBUK part 2
Wawancara
(SERBUK) Part 2
(Pertanyaan ke 2) Dari tantangan latar belakang
yang berbeda-beda itu merupakan sebuah tantangan yang mana kita harus
mempersiapkan diri serta harus dihadapi dengan cara mempelajari terus menerus
kecakapan interviu atau kecakapan berbicara yang sesuai konteksnya. Kemudian,
cara lain yaitu bagaimana kita bisa semakin memahami atau memperdalam informasi
yang ada dari kasus-kasus para anggota dan menjadi pendengar yang baik, karena
dengan kita perduli, rispek, terhadap permasalahan yang dihadapi oleh anggota,
maka para anggota SERBUK juga merasa dihargai dan akan memberikan respon yang
baik pula.
(pertanyaan optional ihsas) Saat mas Husain
kuliah banyak mendapatkan teori diperkuliahan dan teori itu yang dipahami dan
menjadi bekal mas Husain setelah lulus, apakah setelah terjun langsung ke
lapangan mas Husain merasa bahwa apakah banyak teori yang relevan dengan fakta
yang terjadi di lapangan?
Saat lulus dari S1 mas Husein kemudian melajutkan pendidikan S2 nya, mas Husein merasa bahwasannya setelah menamatkan S1 apa saja yang telah di pelajari itu memang cukup relevan, namun mas Husain juga merasa bahwasannya pada saat ini S2 materi yang dipelajari lebih mendalam dan rinci. Mas Husain juga menyebutkan bahwsanya di lapangan terdapat dua hal yang sangat bertolak belakang yaitu, praktik yang berdasakan teori dan praktik yang bukan atau anti teori. Karena, ada yang beranggapan bahwasannya ketika praktik nanti teori itu bukan suatu hal yang sangat penting dan satu sisi beranggapan bahwa teori itu hanya digunkan pada ruang akdemisi saja. Tapi hal tersebut itu juga mendapatkan kritik karena ketika kita berpraktik tanpa dibekali dengan teori yang cukup itu juga bisa membahayakan praktik kita. Praktek pekerjaan sosial itu kan dibangun dalam satu visi untuk peningkatan kesejahteraan sosial atau memaksimal kesejahteraan sosial untuk kemudian menuju dalam satu tujuan atau visi tersebut, itu ada metode, konsep, paradigma jadi ada teori yang sering kali pasti akan kita ketemui. Pekerjaan sosial dibangun berlandaskan asas keadilan sosial (social justice) itu bisa terwujud dengan praktik yang beragam atau dinamis. Praktik dibangun di atas satu metode manajerial yang baik dengan mengetahui apa motif yang dilakukan oleh klien dan sebagai pekerja sosial dan menilai lewat teori, kemudian saat melakukan engagement merupakan salah satu teori pendukung praktik yang sangat penting karena hal ini akan menentukan proses yang nanti akan berlangsung, engagement terlihat hanya seperti ngobrol santai denagn klien padahal tidak hanya sekedar itu, engagement itu apabila kita bisa memahami lebih kompleks lagi terkait klien (historis) saat melakukan pendampingan. Setelah itu, Assessment dianggap ngobrol dengan orang dengan biasa sudah disebut assessment. Padahal, Assessment itu juga melibatkan pembicaraan atau pengilai yang kita dengan klien, lingkungan klien, elemen-elemen yang bisa terhubung dengan klien siapapun atau dari apa saja. Lalu, Intervensi ini secara mitko, mezo, makro jadi bisa dilihat bahwa kasusnya akan diselesaikan dengan cara seperti apa bisa tiga-tiganya atau dua. Kemudian, kita rencanakan untuk evaluasi atau kemudian peninjauan kembali atau pengecekan kembali. Kalau ngomong misalnya apakah teori-teori yang selama ini dipelajari terpakai atau tidak? Tentu saja terpakai walupun itu tidak semuanya.
(pertanyaan optional bagaimana tanggapan
mas Husain terkait kurikulum yang ada di UIN yang mana banyak mata kuliah
diluar bidang yang seharusnya kita eksplor seperti (bahasa arab, ulumul hadits,
ulumul qur’an dsb) dan malah dijadikan muatan wajib?
Itu memang saya pikir nanti ketika teman-teman
merasa cukup yakin gitu ya. Cukup punya argumentasi yang baik. Itu baiknya
memang disampaikan. Dalam arti, kalau saya itu kan gini ya prinsip. Misalnya
mata kuliah ke agama. Itu sebaiknya itu tidak dibisah. Maksudnya tidak dibisah
itu gini. Kayak misalnya tadi saya sementinggungi ada dokter ayat Jawa. Terus
ada apa lagi gitu ya. Jadi gimana kalau metoden yang ada lah. Mata kuliahnya
itu general gitu ya. Misalnya advokasi sosial gitu. Nah, namun yang kemudian
jadi mungkin agak berbeda. Terus ada teman-teman kewin. Paputasnya ada di Jawa.
Itu pada dua atau satu buku. Atau misalnya dalam penutup saya itu. Itu ada
beberapa konteks soal valid juzita. Ini misalnya teks-teks Islam yang
disampaikan. Misalnya kalau advokasi sosial atau berahkan sosial itu ada
misalnya surat aratu. Atau dalam konteks yang lain lagi. Misalnya kalau kita
ngomong peksot multi-kultural itu kan. Bisa disisipkan misalnya oleh Tara
Aropo. Yang itu paling menaruh. Manusia dititahkan dengan bagan yang
berbeda-beda. Itu menurut saya lebih kemudian menemukan keterhubungannya. Lebih
menemukan koneksinya. Lebih menemukan interkoneksi dan integrasinya. Dikawinkan
juga masa kuliahnya. Itu yang pertama yang kesukaan. Memang saya akui. Saya
kurang tahu misalnya kumrikulung teman-teman yang sekarang. Yang kemudian secara
meluruhnya. Tapi saya pikir juga tidak banyak perbezaan. Namun ada hal yang
misalnya itu saya alangi. Itu tentang kejara peksot. Kanseritanya atau kemudian
narasinya atau kronologinya. Itu tidak cukup lengkap. Bahkan di S2 pun kemarin.
Saya mesti ngulik-ngulik untuk menemukan satu. Satu pendang merah yang terkait
kejara peksot. Bahwa misalnya profesi yang kemudian lahir. Dari manhat cariti
gireja. Atau kemudian manhat kepergulian dari kejahatan agama. Terus bergeser
ke satu semangat kurlau sosialiti. Itu kemudian ketara serta merta tiba-tiba
dibawa ke masa hari ini. Padahal ada satu periode penting. Itu di tahun 1970an.
Itu ada periode yang saya pikir sangat teknisikan. Progresifnya pekerjaan
sosial. Karena di tahun itu, muncul raga jenis dari pekerjaan sosial itu.
Sebutnya dengan pekerjaan sosial ragikal, pekerjaan sosial kultural. Bahkan
pekerjaan sosial feminis. Itu yang kemudian sangat aware dengan isu itu yang
berhubungan dengan kepercayakan. Dengan kepercayaan sosial. Karena di tahun
70an itu juga muncul kritik. Muncul kritik untuk profesi pekerjaan sosial
sendiri. Yang dalam beberapa praktiknya itu justru tidak dalam rangka untuk
membongkar atau menyelesaikan masalah dari akarsi. Tapi lebih akuratif saja.
Misalnya ada kata kerasan anak. Nah, beberapa pendekatan yang sama atau
pendekatan yang sama. Bukan mencoba menyelesaikan masalah itu dengan
dikonsoling atau semuanya. Terus ada satu hal yang penting lagi. Bagaimana
mengenai satu struktur hukum atau satu struktur pengawasan yang kestabil. Ini
harus diselesaikan di akarnya. Bahwa misalnya ada struktur yang sangat keras,
sangat tegas. Ketika ada kerasan yang terjadi pada anak. Dan itu ada
organisasi-organisasi yang mengawasi. Ada uji yang tidak terkasar. Bukan lagi
begitu. Itu beberapa yang saya pikir penting. Yang ketiga, itu memang kaitannya
dengan integrasi pada pransik. Ini juga sebenarnya semangat yang menarik. Di
kurung-kurungnya. Memang dalam beberapa praktiknya itu nilainya baik. Tapi
tidak mempunyai metode yang terhubung. Jika misalnya mahasiswa diguburkan satu
belakang. Tapi dalam tanda kutip mahasiswa belum cukup tahu caranya belajar.
Yang mengujian maksab, komprenside, bagaimana. Itu juga menjadi catatan. Kalau
misalnya teman-teman mau melihat. Ini kan pendidikan atau kurikulum merdeka.
Ini kan mirip dengan satu pendekatan yang dilakukan. Dengan dia kepada
anak-anak TK dan anak-anak SD. Menantang hadir-hadir. Kuliah sekitarnya itu
bahwa. Maksudnya lima hari sekolah. Nanti ada satu hari. Mereka itu tidak
datang ke sekolah. Tapi diintah untuk kemudian terlibat dengan terserah apa
saja. Begiatan sosial mereka buat. Lalu mereka ceritakan atau mereka
presentasikan. Sampai beberapa hari sebelumnya. Mereka mendapatkan satu
panduan, satu pedulman. Satu arahannya yang lengkap. Misalnya kalau silenci itu
harus bagaimana saja. Misalnya kalau komunitas pejuli lingkungan itu harus
bagaimana saja. Itu mendapatkan. Itu yang mungkin juga kurang dari kita. Ketika
nanti teman-teman misalnya. Di master yang lagi menantujut. Ada praktikum
pekerjaan. Itu juga merupakan hal yang. Misalnya satu kan juga nampingnya.
Nampingnya masih terlalu praktikum. Itu kan jadi tempat mahasiswa PPS. Itu juga
bisa dicatatkan bahwa. Ini juga. Semuanya. Itu kemudian dalam posisi yang siap
untuk. Jadi beberapa memang perlu. Pemilihan hari satu lebih dahulu. Perlu
diletakkan dalam. Tidak nanti. Waktu praktiknya bisa lebih lumayan. Misalnya
tiga hal itu. Kalau bisa dibilang kritik. Atau juga tantatan. Metode. Lalu
kemudian. Belajar. Hari ini. Mungkin dipilih. Atau dijalankan oleh. Ini. Saya pikir
juga penting. Ketika teman-teman. Bisa disampaikan. Melalui dosanya langsung.
Atau. Susahnya. Pertemu dengan. Perusahaan. Tapi itu. Yang baik. Gitu. Ya.
(Pertanyaan optional) Bagaimana SERBUK
ini itu memberikan dampak positif bagi keberlangsungan pekerja buruh
multikultural?
Ya. Jadi. Gini teman-teman. Ada satu. Konsep
yang sangat. Bahwa. Ketika kita sendiri. Tidak cukup kuat. Ketika kita banyak.
Atau ketika kita punya. Satu kolektivitas yang. Seharusnya luar itu. Relatif
lebih kuat. Nah. Apa yang dimaksud dengan keberlangsungan. Atau
keberlangsungan. Itu adalah. Bagaimana. Pertisipasi anggota secara aktif.
Terlibat. Dengan. Klaien-klaien kita. Yang. Yang. Nanti juga. Mereka. Yang.
Yang.�로. Menikmati ya. Bisakah kamuplays via. Ser分asi.학 Topik. Ber Schools. Making. The. Mook. See.
oleh agama terbelakang yang berbeda, misalnya ketuanya dari Jawa Barat, pulih
aranya dari Jawa Tengah, maksudnya ada dekartemen apa gitu dari Sematra dan
lain-lain, lalu ada Komita Wilayah, yang mempunyai bidang-bidang yang mempunyai
bidang-bidang di Jawa Barat, di Kalimantan Barat, nah itu yang kemudian
terlibat secara setara, terlibat secara langsung, itu dalam proses proses yang
terlibat di negara Indonesia. Ada tegara pikiran, ada kemudian disini, yang
kemudian, nah ini, ini yang kemudian bahwa latar belakang atau ragam yang
berbeda, ini kan memang satu penyayang yang tidak bisa kita mengaktifkan
kekondisi secara kewilayahan di Indonesia, tapi yang kemudian jadi penting
adalah apa saja hal-hal yang itu lebih mempersatukan kita, kira-kira gitu ya,
yaitu misalnya gimana kondisi tenaga kerja semakin baik, upah semakin layak,
selamatkan kerja semakin sama keadaan, lalu kemudian negosiasi-negosiasi dengan
komplikasi berjalan-jalan, lalu lah, selesai lanjut adanya apuran-apuran atau
adanya pemeriksaan-pemeriksaan di jaringan wilayah, daerah atau nasional, yang
selama ini memberikan keuntungan, yang selama ini memberikan satu peningkatan
yang sudah teralui, nah kira-kira di situ, kalau ngomong keberlangsungannya,
Mungkin kalau ngomong antar belakang ragam yang berbeda itu, tidak hanya di
level nasional, juga di level Indonesia, ya sudah, Pederasi Terbuk itu juga
berabiliasi. antar belakang yang berbeda Nah, kalau kita ngomong mungkin secara
sederhana di level perbayaran atau bahasa Inggris, tapi itu juga menjadi jalan
tersendiri juga, gimana kita mengorangkan ini, kita berkenaan dengan kerja yang
beyond the concrete gitu ya, yang melampaui batas-batas wilayah negara, nanti
kita ngomong kalau bahasa Terangguru, harus lebih pekerja setara-tara juga,
kita suarakan misalnya ada di konferensi di Madrid, kita sampaikan misalnya apa
yang kemudian penting untuk menjadi perjalanan bersama, yang pedang di Asia,
dan sebagainya itu juga, saya pikir jadi hal yang tidak melengkapi satu spektrum
multi-kultural yang ada di Cersua atau di Pederan. Mungkin itu tambahan
singkatnya yang bisa kita jaga. Itu ya, cukup ya? Sama teman-teman ya?
Comments
Post a Comment